Dimohon sedianya untuk meluangkan waktu sejenak mengisi komentar dalam blog ini untuk dapat terus memajukan dan memperbaiki mutu blog yang sederhana ini. Terima kasih.
Saturday, July 31, 2010

Sosok Achmad Syafii Maarif ini tergolong unik. Di tengah hiruk pikuk politik dan orang yang berlomba-lomba menumpuk harta kekayaan, mantan Ketua PP Muhammdiyah periode 1999 – 2004 ini justru sebaliknya. Ia tetap kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah dan elit politik yang dianggapnya tidak berpihak kepada rakyat. Bahkan kritik dan teguran yang ia sampaikan kadang cukup pedas sehingga membuat telinga merah orang yang terkena kritikannya. Dan, bagi pria kelahiran Desa Sumpur Kudus, Sumatera Barat 75 tahun lampau ini tidak kenal takut dan ‘keder’ atas apa yang telah ia lakukan.
Kepada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah tak terhitung berapa kali ia menyampaikan kritik yang sangat pedas. Ketika SBY di awal pemerintahan mengeluarkan kebijakan memberikan mobil mewah kepada setiap menteri yang membantunya, dengan terang-terangan ia menolak kebijakan itu. Menurut Buya, begitu kadang ia disapa, belum waktunya pemerintah Indonesia memberikan “kemewahan” itu. Menurutnya masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Juga soal renovasi pagar istana kepresidenan yang menelan biaya hampir Rp 20 miliar juga tak luput dari kritik pria yang sangat pluralis itu. “Pemerintah hendaknya lebih peka dan mendengarkan suara rakyat. Jangan meremehkan suara rakyat,” ujar Buya memberi peringatan.
Dalam mengkritik, Buya tak tebang pilih atau pilih kasih. Amien Rais, yang tergolong dekat dengannya tak luput dari kritiknya. Amien pernah “ditegur” ketika mengkritik cukup keras terhadap KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Juga kepada Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah yang baru saja terpilih. Kepada Din, Maarif minta agar organisasi Muhammadiyah tidak dibawa ke politik praktis seperti tahun-tahun sebelumnya.
Syafii Maarif yang kini tinggal di Yogyakarta tergolong orang yang langka. Ia bisa saja mengejar kekayaan dengan modal ilmu yang telah diraih. Lulusan Doktor dari University of Chicago, Amerika Serikat itu memilih hidup sangat sederhana. Ia tidak merasa malu jika bepergian masih menumpang angkutan umum.
Banyak kalangan menilai, Achmad Syafii Maarif yang bangga sebagai anak kampung itu sebagai guru bangsa. Melalui sepak terjang dan suri tauladan yang ia perlihatkan patutlah menjadi panutan bangsa Indonesia terutama kepada para pemimpin dan elit politik. Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin hedonis, Indonesia sangat membutuhkan Maarif-Maarif yang lain. ( end )
Kickandy.com

Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Blog Archive
- December 2011 (2)
- July 2011 (25)
- October 2010 (9)
- September 2010 (7)
- August 2010 (38)
- July 2010 (9)
- May 2010 (5)
Chatting
About Me
- Muhammad Anshori
0 comments:
Post a Comment
Jika ada kritik, saran, komentar, ataupun ingin request sesuatu silahkan berkomentar dibawah atau
kirimkan lewat email : belajardisini@yahoo.co.id
Terima kasih